Selasa, 25 Januari 2011

CONTOH MALPRAKTEK

Belajar dari Kasus Budi
Alfonsus Budi Susanto susah payah menapaki anak tangga gedung Konsil Kedokteran, Jakarta Selatan. Pria 60 tahun itu harus dibantu dua asistennya serta tongkat penyangga. Bukan karena badannya tambun, melainkan sebagian tubuhnya lumpuh.
Tekadnya kuat. Sebab, hari itu, Rabu pekan lalu, merupakan saat yang menentukan setelah konsultan manajemen terkenal itu menanti selama sekitar dua tahun. Ya, A.B. Susanto ingin mendengar langsung putusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) menyangkut kelum-puhan, yang tidak seharusnya dia derita.
Majelis memang akhirnya memutuskan dua dokter yang menangani Budi, yaitu dokter ahli bedah saraf Eka Julianta Wahjoepramono dan dokter Julius July, bersalah. Majelis yang terdiri atas Suyaka Suganda, Merdias Alma-tsier, Budi Sampurna, Ismayati, dan Otto Hasibuan menilai tindakan Eka dan Julius melanggar disiplin kedokteran. Mereka bertindak yang tidak seharusnya, tidak memberikan penjelas-an memadai, seperti soal risiko yang mungkin dihadapi pasien. Peralihan pena-nganan dari Eka kepada Julius juga dinilai salah. Dokter Eka dijatuhi sanksi disi-plin dengan pencabutan izin praktek tiga bulan, sedangkan dokter Julius mendapat skors dua bulan.
Sementara itu, pihak Rumah Sakit Siloam Lippo Karawaci, tempat dokter Eka dan Julius bekerja, menyatakan menghormati rekomendasi Majelis Kehormatan. "Kami akan mengajukan pembelaan, menggunakan hak yang diberikan MKDKI," ujar Division Head or Corporate Marketing Communication Siloam Hospital Amelia Hendra kepada Tempo, Kamis pekan lalu. Diharapkan, Majelis akan memberikan rekomendasi kepada Konsil Kedokteran Indonesia untuk mengubah putusan sanksi disi-p-lin tersebut.
l l l
Tragedi yang menimpa Budi bera-wal dari rasa pegal di bagian punggung, Oktober 2005. Karena merasa nyeri, Budi berobat ke Rumah Sakit Siloam Ka-rawaci, Tangerang. Ketika itu, dia ditangani dokter Eka dan tubuhnya dipindai dengan magnetic resonance imaging (MRI). "Kelihatan ada infeksi dan diberi obat, lalu terasa sembuh," Budi mengisahkan.
Ternyata Budi tidak benar-benar pulih. Beberapa bulan kemudian nyeri bertambah. Setelah dicek ulang, ternyata dua ruas di tulang belakang, yang disebut Th 7 dan 8, agak keropos. Dokter Eka menyarankan Budi disuntik semen untuk mencegah fraktur (patah tulang) yang dapat mengakibatkan kelumpuhan. Pemimpin Jakarta Consulting Group itu mengaku ngeri dengan saran tersebut. "Karena saya pernah sekolah kedokteran, jadi tahu betapa ngerinya mengobati tulang belakang itu," kata Budi, yang juga dokter ahli diabetes lulusan Universitas Dusseldorf, Jerman.
Toh, peringatan dokter Eka soal bahaya tulang patah dan kelumpuhan menghantui pikirannya. "Kalau sampai jatuh terpeleset, dapat lebih berbahaya," kata-kata itu masih terngiang-ngiang. "Saya teringat karena sering traveling, jika ada hal-hal yang tak terduga, misalnya guncangan pesawat atau kendaraan lainnya, malah berbahaya."
Setelah lebih dari dua tahun sejak peringatan sang dokter, akhirnya Budi mengikuti saran Eka. "Saya pikir-pikir daripada berutang, sekaligus saja membereskan hal ini agar seterusnya lebih enak," katanya. Keputusan itulah awal dari segala bencana pada dirinya.
Saat itu Sabtu, pas hari raya Nyepi 2008, Budi dibawa ke kamar operasi, dan dibius total-meski dijanjikan hanya dibius lokal. Saat ditanya, menurut Budi, dokter Eka menyatakan lebih tepat anestesi umum. "Dokter Eka sempat menyalami saya di kamar operasi," ujarnya.
Seusai operasi, secara refleks Budi mengecek kemampuan kaki kiri dan kanan. Tapi kaki kiri tak bisa bergerak sama sekali. Bahkan Budi tak bisa ba-ngun untuk duduk, dan selalu kembali jatuh tertelentang. Namun, yang bisa ditanya Budi hanya dokter Julius, bukan Eka. Sejak Budi sadar, dokter ahli bedah saraf batang otak itu tak dapat ditemui.
Pernyataan resmi tim dokter Siloam Karawaci, Budi terkena spinal shock, guncangan pada sumsum tulang belakang. Terapinya, Budi harus diberi cortison dosis tinggi, yaitu 500 miligram, tiga kali sehari, selama lima hari. "Saya juga memang pernah belajar kedokteran, memang benar kalau sudah terjadi seperti itu harus diberi obat anti-shock," ujar Budi.
Agar memperoleh pendapat alternatif, Budi dibawa keluarganya ke -Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura. Setelah dicek ulang dengan MRI, ditemukan cedera pada sumsum tulang belakang sebelah kiri. Akibatnya, menurut dokter di Singapura, Alvin Hong, dengkul dan telapak kaki tak dapat bergerak. Dalam laporan medis Alvin, diduga jarum sebelah kiri saat operasi merusakkan tulang sebelah kiri. Itulah yang kemudian menyebabkan kelumpuhan.
Budi berusaha mencari penjelasan dari dokter Eka ataupun Rumah Sakit Siloam, tapi tak bersambut. Dia lalu mengadukan nasibnya ke Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia yang diketuai dokter Marius Widjajarta. Aduan itu diteruskan ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, April 2008.
Budi juga menggugat Eka dan Siloam secara perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Pertengahan Maret lalu gugatan itu ditolak pengadilan, Budi naik banding melalui pengacara Bambang Widjojanto dan kawan-kawan.
l l l
Dua tahun memang bukan waktu yang pendek untuk menunggu keputusan MKDKI. Menurut Ketua Majelis, dokter Merdias Almatsier, lamanya proses bukan karena Majelis mengabaikan laporan, melainkan semata-mata karena anggotanya terbatas, hanya sebelas orang.
Sementara itu, majelis yang baru berdiri sejak empat tahun silam itu harus menangani laporan dari seluruh Indonesia. Pada 2008, ada 19 pengaduan. Setahun berikutnya pengaduan mening-kat menjadi 36 kasus. Sampai pertengahan tahun ini ada 16 pengaduan. "Meningkatnya pengaduan bisa karena masyarakat baru mengetahui -MKDKI atau bisa juga karena dokter banyak membuat kesalahan," kata Merdias.
Keputusan yang diambil Majelis Kehormatan yang paling ringan adalah tidak ada pelanggaran disiplin. Selanjutnya, ada pelanggaran ringan, lalu peringatan dengan dicabut sementara izin praktek maksimum�setahun, diminta ikut pendidikan kembali, atau dicabut selamanya. "Kalau selamanya, ya selesai karier dokter itu," ujar Merdias.
Sampai saat ini, menurut Merdias, belum ada izin dokter yang dicabut selamanya. "Paling hanya dicabut sementara dan ada kewajiban mengikuti pendidikan," katanya. Konsil Kedokteran dengan kolegium sang dokter menetapkan lama pendidikan. "Tujuannya meningkatkan mutu dokter itu," ujar bekas Direktur Rumah Sakit Cipto Ma-ngunkusumo, Jakarta, itu.
Sanksi Majelis memang tampak "ringan" bila dibanding akibat yang diderita korban. Tidak mengherankan bila timbul anggapan Majelis cenderung membela rekan seprofesi. "Kalau melapor ke MKDKI, sanksinya administratif. Itu menguntungkan para dokter," kata Direktur Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan Iskandar Sitorus.
Namun Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia Zaenal Abidin tidak sepakat. Menurut Zaenal, tak ada dokter yang punya niat jahat mencelakai pasien. Karena itu, dia sepakat kasus-kasus dugaan malpraktek diselesaikan dengan cara mediasi. "Putusan -MKDKI memang untuk kepentingan internal profesi. Kalau proses hukum, baru untuk publik," katanya. "Kalau ada ke-lalaian, ya ganti rugi. Kalau dipaksakan dipidana, tidak banyak ahli hukum, termasuk hakim, yang paham dunia kedokteran."
Malpraktek, kelalaian, atau kece-lakaan medis dalam dunia kedokteran, menurut Zaenal, sulit dibuktikan. Sebab, dalam dunia kedokteran, bukan hasil yang dinilai, melainkan proses atau upaya yang dilakukan dokter. Namun harus diakui-seperti kata mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia Kartono Mohamad-posisi pasien ketika berhadapan dengan dokter atau rumah sakit memang lemah, sehingga harus ada orang gigih seperti Budi. "Agar menjadi pelajaran, pasien apa pun tingkat sosialnya harus dila-yani sungguh-sungguh."
Ahmad Taufik, Tito Sianipar


Malpraktek, Kelalaian, dan Kecelakaan Medis
Perbedaan malpraktek dengan kelalaian sangat tipis. Beberapa ahli bahkan berpendapat kelalaian adalah malpraktek. Dokter spesialis anestesi lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Anny Isfandyarie, penulis Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi Dokter, memperjelas perbedaan malpraktek dan kelalaian.
Malpraktek
Perbuatan dokter yang secara sengaja melanggar undang-undang, misalnya pengguguran kandungan, eutanasia (memenuhi permintaan bunuh diri), dan memberikan surat keterangan palsu atau isinya tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Dilakukan secara sadar. Pelaku tidak peduli pada akibat walau diketahui tindakannya melanggar undang-undang.
Kelalaian
Perbuatannya tidak sengaja, seperti tertukarnya rekam medis, keliru membedah, dan lupa memberikan informasi kepada pasien. Dari motifnya, dokter tidak menduga timbul akibat tindakannya.
Kecelakaan Medis
Peristiwa tak terduga, tindakan tidak disengaja, dokter sudah sungguh-sungguh bekerja sesuai dengan standar profesi medis dan etika profesi, sudah berhati-hati, dan berkonsultasi dengan dokter ahli lain, jika ditemukan yang bukan keahliannya. Namun terjadi juga akibat seperti lumpuh, cacat, bahkan kematian

Senin, 24 Januari 2011

SEJARAH KEPERAWATAN DUNIA

Keperawatan lahir sejak naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia perkembangan keperawatan dipengaruhi dengan semakin maju peradaban manusia maka semakin berkembang keperawatan
· Perkembangan dipengaruhi oleh :
Perawatan dan pengobatan zaman purba
Orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan primitive. Namun demikian mereka sudah mampu sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau mengobati. Pekerjaan "merawat" dikerjakan berdasarkan naluri (instink) à naluri binatang à "mother instinct" (naluri keibuan) yang merupakan suatu naluri dalam yang bersendi pada pemeliharaan jenis (melindungi anak, merawat orang lemah)
à Perawatan dan pengobatan secara praktis telah dilakukan oleh orang-orang primitive, misalnya :
a. Merawat dan mengobati luka-luka
b. Menurunkan panas dengan memberikan air minum yang banyak atau perawatannya dengan menggunakan air (kompres)
c. Membuka absoes dengan menggunakan batu-batu tajam
d. Menhentikan pendarahan dengan menggunakan batu-batu panas
e. Pemakaian tumbuh-tumbuhan sebagai pengobatan penyakit

Pengaruh kepercayaan terhadap perawatan dan pengobatan
Manusia zaman purba menganut kepercayaan/agama "animisme" menghubungkan terjadinya penyakit dnegan kepercayaan animisme ini, sehingga mereka beranggapan bahwa orang menderita sakit disebabkan karena kemasukan arwah-arwah (roh-roh) itu. Orang-orang yang menaruh perhatian terhadap tanda-tanda penyakit à orang "ahli" dalam mengambil tindakan pengobatan terhadap orang sakit. Orang ahli tersebut kemudiajn disebut ahli obat-obatan = dukun dalam pengobatannya dukun antara lain memperhatikan aturan-aturan sebagai berikut :


A. Ajaran alam
Suatu kepercayaan yang menganjurkan bahwa alam sendiri memberikan petunjuk-petunjuk tentang obat yang akan dipakai misalnya Luka yang berdarah di beri balutan atau kain yang berwarna merah/daun merah. Apabila sakit kuning di beri obat minum dari akar-akaran atau kulit tumbuhan berwarna kuning.
B. Ajaran transmigrasi
Suatu ajaran yang mempercayai akan adanya kekeuatanm daya pemindahan. Misal : Pada waktu seorang wanita akan melahirkan, diberi air rendaman daun dan membuka lebar-lebar semua pintu

Perawatan pada beberapa bangsa dan Negara
A. Mesir
Bangsa mesir pada zaman purba telah menyembah banyak dewa. Dewa yang terkenal antara lain Isis. Mereka beranggapan bahwa dewa ini menaruh minat terhadap orang sakit dan memberikan pertolongan pada waktu si sakit sedang tidur. Didirikanlah kuil yang merupakan rumah sakit pertama di mesir
Ketabiban
Ilmu ketabiban terutama ilmu bedah telah dikenal oleh bangsa mesir zaman purba (± 4800 SM). Dalam menjalankan tugasnya sebagai tabib ia menggunakan bidai (spalk), alat-alat pembalut, ia mempunyai pengetahuan tentang anatomi, Hygienr umum serta tentang obat-obatan. Didalam buku-buku tertulis dalam kitab Papyrus didalamnya memuat kurang lebih 700 macam resep obat-obatan dari Mesir
B. Babylon dan syiria
Ilmu pengetahuan tentang anatomi dan obat-obat ramuan telah diketahui oleh bangsa Babylon sejak beberapa abad SM. Pada salah satu tulisan yang menyatakan bahwa pada 680 SM orang telah mengetahui cara menahan darah yang keluar dari hidung dan merawat jerawant pada muka.
Bangsa Babylon menyembah dewa oleh karena itu perawatan atau pengobatan berdasarkan kepercayaan tersebut.
C. Yahudi kuno
Ilmu pengetahuan bangsa Yahudi banyak di peroleh dari bangsa Mesir. Misalnya : cara-cara memberi pengobatan orang yang terkenal adalah Musa. Ia juga dikenal sebagai seorang ahli hygiene. Dibawah pimpinannya bangsa Yahgudi memajukan minatnya yang besar terhadap kebersihan umum dan kebersihan diri.
Undang-undang kesehatan bangsa Yahudi menjadi dasar bagi hygiene modern dimana cara-cara dan peraturannya sesuai dengan bakteriologi zaman sekarang, misalnya :
1. Pemeriksaan dan peminilah bahan makanan yang akan di makan
2. Mengadakan cara pembuangan kotoran manusia
3. Pelarangan makan daging babi karena dapat menimbulkan suatu penyakit
4. Memberitahukan kepada yang berwajib bila ada penyakit yang berbahaya, sehingga dapat diambil tindakan

D. India
Bangsa India (Hindu) di zaman purba telah memeluk agama Brahmana, disamping memuja dan meminta pertolongan kepada dewa (dikuil) untuk menyembuhkan orang sakit. Di India telah terdapat RS khususnya di Utara saat pemerintahan Rasa Asoka, ± 8 RS dimana sebagian kemudian dijadikan sekolah-sekolah pengobatan dan perawatan

E. Tiongkok
Bangsa Tiongkok telah mengenal penyakit kelamin diantaranya gonorhoea dan syphilis. Pencacaran juga telah dilakukan sejak 1000 SM ilmu urut dan psikoterapi.
Orang-orang yang terkenal dalam ketabiban :
1) Seng Lung
Dikenal sebagai "Bapak Pengobatan, yang ahli penyakit dalam dan telah menggunakan obat-obat dari tumbuh-tumbuhan dan mineral (garam-garaman). Semboyannya yang terkenal adalah Lihat, Dengar, Tanya, Rasa.
2) Chang Chung Ching ± 200 Sm telah mengerjakan lavement dengan menggunakan bamboo

F. Yunani
Bangsa Yunani zaman purba memuja dan memuliakan banyak dewa (polytheisme) dewa yang terkenal adalah dewa yang dianggap sebagai dewa pengobatan putri dan dewa yang bernama hygiene sebagai Dewi kesehatan, maka timbullah perkataan higyene.
Untuk pemujaan terhadap para dewa didirikan kuil (1134 SM) yang juga berfungsi sebagai pengobatan orang sakit dan perawatan dikerjakan oleh para budak-budak.
Orang-orang ternama dalam ketabiban antara lain
1. Hippocrates (hidup ± 400 SM) à bapak pengobatan dengan jasa :
- Dasar cara pengobatan sampai sekarang ini
- Penyakit bukan karena setan, melainkan rusaknya undang-undang alam
- Mengembangkan tehnik pemeriksaan badan
- Mengajarkan tentang makanan si sakit
- Menganjurkan supaya penderita sakit jiwa dirawat secara perikemanusiaan
- Mengajarkan tentang semangat pekerjaan, menghargai teman sejawat, , bertanggung jawab terhadap si sakit yang menjadi sumpah hypocrates
2. Plato
ahli filsafat Yunani, otak sebagai pusat kesadaran
3. Aristoteles
Ahli filsafat, ahli jiwa dan ilmu hayat

G. Roma
Rumah sakit Roma zaman purba di sebut valentrumdinari Roma yang terdapat di swiss ditemukan alat-alat perawatan ex. Peralatan untuk huknah pot-pot tempat selep. Juga ditemukan instrument untuk keperluan pembedahan ex : pisau, pincet, klem arteri, speculum. Tokoh terkenal Julius Caesar (101-44 SM). Seorang wali Negara yang pertama-tama mengakui guru-guru hygiene dan menganjurkan tentang kesehatan dan kebersihan

H. Irlandia
Pengetahuan tentang pengobatan telah diketahui lama SM. Tentang Rumah sakit, Seorang putri raja bernama Macha (abad ke 3) mendirikan rumah sakit untuk orang-orang miskin yang sakit. Nama RS tersebut Broin Beargh à rumah kesusahan

I. Amerika
Rumah sakit sederhana telah didirikan dikota besar oleh bangsa Asteken di Amerika Utara, sedang RS yang baik dan merupakan RS pertama didirikan pada tahun 1521 oleh cortez dari Mexico yaitu RS san Jesu Nazareno

· Perkembangan perawatan zaman permulaan masehi
Nabi Isa lahir à "Agama Baru" agama masehi (Nasrasni/Kristen) perkembangan perawatan à bercorak keagamaan à ajaran kasih sayang terhadap sesama manusia (perhatian dan perawatan terhadap orang kesusahan – keadaan sakit)
Permulaan diakones
Diakones à pembantu pendeta dalam gereja, memberi nasehat, mengobati orang sakit serta mengunjungi tempat tawanan. Diakones menjadi satu lembaga wanita yang pertama dari organisasi agama Kristen yang bekerja dan mengembangkan pekerjaan perawatan à perawat penunjang rumah yang pertama.
Philantrop
Philantrop à laki-laki dan wanita yang menjauhkan diri dari keramaian dunia dan berkumpul dalam satu tempat-monastic (laki-laki = monk; wanita = non)
3 wanita yang berjasa Morcella, Febicla, Paula

Permulaan rumah sakit.
Agama Kristen berkembang di Roma, zaman pemerintahan constantyn yang agung (tahun 325).
à Mendirikan bangunan/tempat khusus untuk menampung orang terlantar orang sakit yang memerlukan pertolongan dan perawatan à xenodocheian = rumah tahu (xeno = tamu) dalam bahasan latin tamu; hospes à "Hospital"/rumah sakit
Monastic hospital
Adalah gabungan antara hospital/xenodochoion dnegan monastery. Disini orang yang sakit dirawat oleh non (wanita) dimana monastic hospital yang terkenal didirikan pada tahun 559, mempunyai kurang lebih 200 non. Bentuk dari monastic hospital :
- Bangsal untuk merawat orang sakit
- Bangunan untuk orang yang perlu pertolonga, orang cacat, miskin, yatim piatu
- Bangunan tempat tabib dan tempat monk-monk dan non
- Pekerjaan perawatan dikerjakan oleh non-non